diSucikan oleh
Penjiwa Jalanan
Pada suatu waktu di ketiak malam , Helios menanyakan soalan kepada Augustus .Temannya ketika itu sedang menulis surat , lalu dihulung-gulung, dan diselitkan di celah kaki merpati .
" Pernah punya pengalaman , berjalan dalam hidup tanpa sesuatu di atas kamu ? "
Augustus cuma tersengih . kemudian menyambung menulis di atas kertas yang lain .
" Pernah punya perasaan, bila kosong itu milik kamu sep
" Pernah punya pengalaman , berjalan dalam hidup tanpa sesuatu di atas kamu ? "
Augustus cuma tersengih . kemudian menyambung menulis di atas kertas yang lain .
" Pernah punya perasaan, bila kosong itu milik kamu sep
enuhnya ? " Helios tidak puas hati . Dia kemudian mendekat , mengambil tempat di hadapan sahabatnya . Augustus kemudian menyalakan lilin .
"Api adalah falsafah kerinduan . Api hadir dalam rasa sunyi, ketika malam di mana aku sedang mencicip surat di celahan kaki burung . Pernah fikir ke mana nyala api setelah padam ? Ke mana buih setelah ombak ? Ke mana nyawa setelah nafas ? Sahabatku , Helios , kita tidak memiliki sesiapa, apa apa , tapi kita dimiliki sesuatu dan segala macam perkara . "
Augustus menamatkan isi surat dengan ucapan bonne nuit . Memandang Helios dengan serius .
"Merpati adalah hewan yang tidak ragu ragu dalam soal peranan hidupnya di muka bumi . Ketika perang, ia mengharungi jutaan mayat yang bergelimpangan sepanjang perjalanannya . Tidak berhenti untuk menangisi perkara perkara buruk yang terjadi . "
helios memperbetulkan duduknya . "Merpati dan api menyampaikan kerinduan" , sambung Augustus lalu beredar meninggalkan kamar tersebut .
helios memandang ke arah meja. Berus dakwat masih basah dan dibiarkan bersebelahan secebis kertas . Ada tulisan yang sengaja dibiarkan untuk dibaca.
'Aku rindu untuk dikenali' - Tuhan .
"Api adalah falsafah kerinduan . Api hadir dalam rasa sunyi, ketika malam di mana aku sedang mencicip surat di celahan kaki burung . Pernah fikir ke mana nyala api setelah padam ? Ke mana buih setelah ombak ? Ke mana nyawa setelah nafas ? Sahabatku , Helios , kita tidak memiliki sesiapa, apa apa , tapi kita dimiliki sesuatu dan segala macam perkara . "
Augustus menamatkan isi surat dengan ucapan bonne nuit . Memandang Helios dengan serius .
"Merpati adalah hewan yang tidak ragu ragu dalam soal peranan hidupnya di muka bumi . Ketika perang, ia mengharungi jutaan mayat yang bergelimpangan sepanjang perjalanannya . Tidak berhenti untuk menangisi perkara perkara buruk yang terjadi . "
helios memperbetulkan duduknya . "Merpati dan api menyampaikan kerinduan" , sambung Augustus lalu beredar meninggalkan kamar tersebut .
helios memandang ke arah meja. Berus dakwat masih basah dan dibiarkan bersebelahan secebis kertas . Ada tulisan yang sengaja dibiarkan untuk dibaca.
'Aku rindu untuk dikenali' - Tuhan .
Subscribe to:
Posts (Atom)