ada satu malam yang paling gelap antara malam malam sebelumnya. malam itulah yang paling gelap. paling kelam paling suram. rasa angin malam itu berbeda, seperti rasa angin yang lelah, rasa angin yang penat. terasa malas sekali rasa itu. juga pada tanah yang bersedih, pada daratan yang tak kuat, lembik dan terkulai. itulah malam lesu buat si pemain seruling pada malam hari.
tentang rasa. rasa itu dibikin pelbagai. cuma malam ini disinkroni dengan kesedihan terlampau.
malam itu terlalu asing. macam satu malam yang dicampak tiba tiba ke satu dunia malam masrura. mungkin ini kah malam tersorok yang dikatakan para peniup seruling sebelumnya ? saat yang bakal tiba untuk hari hari dia?
dia fikir, malam itu sebenarnya satu jangka waktu untuk dia bermeditasi dan bertafakur dengan alam. inuilah masanya dia mencium berahi memeluk langit pekat dengan nafsu yang berakal. tanpa mempedulikan keinginan keinginan lain yang dia fikir selama inilah roda buatnya.
ahh aku sedang terbang,
malam itu dia buta, tapi dia dapat merasakan ada dewa yang meminjamkan sayap kepadanya.
lagi
malam itu dia buta, tapi dia seakan terasa sinar najmu yang terdifusi dalam jiwa. lalu tercerna dalam darah merah.
kini dia rasa seperti bercahaya.
diakah si kunang yang terenegis dengan kalam malam tersorok itu ?
0 komen:
Post a Comment